Monday, February 15, 2021

Menyusui itu Mudah? Jangan Percaya!

Beneran deh, jaman sekarang itu kayaknya segala hal yang alami, banyak banget tantangannya. Bahkan untuk hal sekodrati melahirkan dan menyusui pun, begitu banyak intervensi.







Dulu, waktu hamil anak pertama, tak sedikit pun terbersit dalam pikiranku buat kasih susu formula (sufor) ke bayiku. Teman-temanku yang sudah punya anak, bisa dibilang semua sukses menyusui, jadi aku berpikir, aku juga pastilah bisa menyusui. Bukankah menyusui itu insting alami yang dimiliki semua ibu?

Jadi aku pede aja waktu itu kalo bakal menyusui dengan lancar. Bahkan rayuan-rayuan dari sales sufor yang menawarkan produknya dengan muka tembok, aku tolak mentah-mentah. (Aku bilang dengan muka tembok karena belakangan aku baru tahu kalau apa yang mereka lakukan ternyata melanggar peraturan pemerintah).

Anak pertamaku lahir tahun 2003, dimana waktu itu IMD (Inisiasi Menyusu Dini) belum familiar. Setelah lahir, aku cuma ketemu bayiku sebentar aja, lalu bidan membawanya ke ruang bayi. Selanjutnya bayi dibawa ke kamarku beberapa kali untuk belajar menyusu. Sepertinya susah sekali mulut bayi yang kecil itu untuk menyusu. Aku yang memang nggak belajar apapun tentang menyusui (berbekal keyakinan bahwa menyusui itu insting), mulai merasa putus asa. Kenapa menyusui sulit sekali? Sekalinya dia berhasil menghisap, ternyata sakitnya luar biasa.

Can you imagine that?

Proses melahirkan yang begitu menguras energi, nyeri jahitan yang belum pulih, putus asa karena sulit menyusui, sekalinya bisa eh ternyata sakit.

Waktu aku nanya ke bidan kenapa sakit, jawabannya kurang memuaskan. Bahkan ketika sudah pulang dan aku masih belum berhasil mengatasi masalah menyusuiku, tahukah apa jawaban bidan saat aku telpon minta saran? "Masa kalah sama bayi?"

Gedubrak!!

Waktu itu cuma bisa nangis. Rasanya mending ditelan bumi deh. Nggak heran aku kemudian kena post partum depression yang sangat lama.

Merasa gagal sebagai ibu.

Dan aku nggak tahu dimana masalahnya.

Aku melahirkan normal dibantu bidan di sebuah RS swasta di Malang. Waktu itu aku sama sekali nggak paham kenapa bisa gagal total. Bertahun-tahun kemudian baru aku tahu kalau menyusui pun perlu belajar sejak mengandung. Ilmunya banyak. Dan karena jaman sekarang begitu banyak intervensi, selain berbekal ilmu, kau harus kuat mental menghadapi lingkunganmu.

Sejak hamil bahkan.

Walaupun sudah ada peraturan pemerintah mengenai wajibnya IMD, tapi kenyataannya banyak RS yang nggak menerapkan, atau menerapkan tapi asal-asalan. Lalu ada indikasi sedikit aja, masuk deh sufor ke perut bayi. Karena 'indikasi medis' tentu. Herannya, kenapa sebagian besar ada 'indikasi medis' ya?

Dan rooming in? Kalau masuk kelas 2 atau 3, jangan mimpi dapat rooming in deh. Tanya aja ke pihak RS, mereka punya banyak jawaban untuk nggak me-rooming in-kan ibu dan bayi, apalagi di kelas 2 dan 3. Tentu saja 'demi kesehatan'.

Kapan hari itu aku menjenguk seorang teman yang habis operasi kista. Kebetulan dia seruangan dengan seorang ibu yang baru operasi caesar. Di dekatnya, bayinya tidur di boks bayi dengan botol dot di mulutnya. Kondisi ibunya baik-baik saja. 'Cuma' habis operasi caesar.

Itu botol bahkan lebih besar dari kepala si bayi! Aku sempat ambil foto, tapi cuma untuk aku kirimkan via WA ke dokternya yang kebetulan juga dokterku. Aku nggak bisa upload disini karena nggak ijin ibunya.

Ternyata, dokternya nggak tahu menahu kalau bayi pasiennya dikasih sufor! Nah lho, gimana bisa dokter sama RS nggak sejalan? Setelah ngobrol-ngobrol sedikit dengan si ibu, aku kasih sedikit info tentang grup FB AIMI, berharap supaya si ibu mau belajar tentang ASI. Tapi entah apa yang terjadi selanjutnya, aku pasrah aja, karena aku nggak menangkap respon baik dari si ibu ketika aku berusaha ngajak ngobrol tentang ASI. Akhirnya aku balik ke bilik temanku di sebelahnya (terhalang sekat) dan berusaha sekuat tenaga menahan airmata yang mengembang di pelupuk.

Bayi itu bukan anakku, tapi sedih sekali melihatnya 'disiksa' seperti itu. Lambungnya cuma sebesar kelereng! Kelereng sodara-sodara! ASI satu sendok teh pun sudah cukup buatnya! Sadarkah mereka telah menyakiti usus si bayi? Bahkan mungkin menyakiti hatinya juga. Beneran dah rasanya pingin cabut itu botol dari mulut si bayi dan membuangnya jauh-jauh, lalu teriak di muka si ibu: Susui anakmu, Bunda! Susui anakmu!

Tapi siapalah diriku. Cuma orang asing yang kebetulan lewat..

Orang asing yang berharap semua bayi mendapat haknya.

Orang asing yang berkali-kali gagal menyusui dan nggak tahu sebabnya kenapa.

Orang asing yang baru paham ASI ketika mengandung anak keempat.

Ya, dari 4 anakku, cuma yang keempat yang sukses ASI sampe dua tahun lebih. Anakku yang ke 4 ini bahkan nggak tahu gimana cara menggunakan dot.

Sukses yang bisa diperoleh karena kombinasi nakes yang mendukung ASI dan ibu bandel yang keras kepala. Yang mau belajar dari ketidaktahuan dan menyusun mental baja sejak saat mengandung. Yang mau menutup telinga akan apapun apa kata orang yang tampaknya bermaksud baik tapi sejatinya menjerumuskan.

Menyusui itu mudah?

Mungkin suatu saat.

1. Jika semua nakes dan RS mau sabar melakukan IMD dan rooming in.

2. Jika orang-orang nggak sibuk menyuruh-nyuruh ibu menyusui untuk memberi sufor bayinya.

3. Jika sales-sales sufor berhenti mengakses ibu hamil dan menyusui.

4. Jika ibu hamil mau belajar tentang menyusui dan bertekad memberikan ASI.

Jika poin 1 sampai 3 masih sulit, poin 4 saja bisa asalkan ditambah mental baja berlapis-lapis plus keras kepala. Oya! Untuk hal ini, peliharalah keras kepalamu wahai ibu-ibu! Demi anakmu!

Menyusui itu mudah? Jangan percaya (begitu saja)!

Belajarlah! Belajarlah! Belajarlah!


(Ditulis 28 Maret 2014)

No comments: