Monday, August 25, 2008

Mencium Bau Surga

Seorang Dokter bercerita kepadaku, “Pihak Rumah Sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal –semoga Allah merahmatinya-, lantas bagaimana detail kisah wafatnya? Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya –semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke Rumah Sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, “Jangan khawatir! Saya akan meninggal. Tenanglah, sesungguhnya aku mencium bau surga!” Tidak hanya sampai disini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, “Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri…karena sekarang aku mencium bau surga.”

Kemudian ia meminta kedua orangtuanya mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, “Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah,” dan ruhnya melayang kepada Sang Pencipta Subhanahu wa ta’ala.

Ia melanjutkan kisahnya, “Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat pemandian mayat yang ada di Rumah Sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama.

1.Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat.” Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.
2.Ia katakan tangan jenazahnya lunak, demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.
3.Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Saya bertanya kepada salah seroang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabnya? Tahukah anda apa jawabnya? Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan sholat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan khusnul khatimah (insyaAllah) yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga.
Ayahnya berkata, “Ia selalu bangun dan melaksanakan sholat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan sholat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal Al-Quran dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU.”

(Sumber: Serial Kisah Teladan Karya Muhammad bin Shalih Al-Qahthani, sebagaimana yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid Al-Jabir)

“Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya… diantaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”

Tuesday, July 22, 2008

Liburan Iffah: Belajar Foto



20 Juli 2008, kegiatan Iffah selama liburan: Belajar Foto.  Hasil fotonya (yang jauh lebih bagus daripada hasil bidikan emaknya :D).


Thursday, June 12, 2008

Menangis itu Sehat

Mengapa anak kecil jarang yang stress? Apakah hubungannya dengan anak kecil sering menangis? Ternyata menangis itu menyehatkan jiwa.
Anak kecil selalu mengekspresikan emosinya. Ia mudah menangis, mudah tertawa, mudah meloncat-loncat kegirangan. Ketika tertawapun kuat ekspresinya. Emosi anak kecil tersalurkan dengan baik, hingga anak kecil jarang menderita stress atau depresi.
Orang dewasa sering memendam emosi. Mereka menganggap menahan emosi itu baik. Ternyata manusia tidak dapat memendam emosi begitu saja. Emosi yang terpendam akan terakumulasi di otak limbik.
Akibat yang terjadi adalah munculnya depresi. Terdapat sebuah penyakit dimana memasuki masa pensiun seseorang dihantui rasa ketakutan yang tidak dapat diketahui asal muasalnya. Ternyata, psikolog mendapatkan trauma tersebut disebabkan emosi ketakutan, rasa bersalah, kesedihan yang terakumulasi berpuluh-puluh tahun. Ia memendamnya dan mengakumulasinya dalam otak limbik (amigdala).
Seharusnya emosi dapat disalurkan dengan baik. Coba perhatikan, sehabis menangis apa yang kita rasakan? Hati menjadi ringan, plong, tidur nyenyak, hati menjadi lebih halus. Sungguh kasihan, orang yang tidak pernah lagi merasakan nikmatnya menangis.
Selamat menangis, menangis itu menyehatkan jiwa. Menangis membuat hati kita halus, peka.

(Credit to anyone who wrote this)