Monday, February 15, 2021

Mencoba Terapi Bioresonansi untuk Fatih

Alergi.

Hal yang mungkin dianggap sepele bagi sebagian orang tapi lumayan berat kalau gejalanya bisa mengancam nyawamu. Sekian lama menderita alergi, aku mencoba sebuah terapi yang bernama Terapi Bioresonansi, hasil gugling dan baca di sini.




Ini ketiga kalinya aku terapi lagi. Setelah hampir sebulan. Padahal harusnya terapi seminggu sekali.Ya, sudahlah, selama sebulan ini memang ada aja yang terjadi. Anak-anak sakit gantian. Aku sendiri tepar dan opname seminggu karena tipus. Ini juga masih pemulihan. Harus diantar kalo ke RS. Belum kuat nyetir sendiri.

Kali ini aku ajak Fatih karena udah sebulan dia batuk nggak sembuh-sembuh. Udah 4 botol antibiotik masuk. 2x Cefadroxil dan 2x Cefixime beserta obat pengiringnya. Menurut hasil rontgen sih kena bronchopneumoni. Tapi udah selama itu diobati, belum sembuh juga, aku curiga kalo dia alergi. Kata DSA (dr. Khusnul, SpA) sih dadanya emang penuh dahak. Kalo emang itu karena bakteri, harusnya ada perkembangan. Tapi ini kok enggak. Masih ngikil juga batuknya. Masih muntah juga. Dahaknya masih banyak juga. Dr. Khusnul sebenarnya juga bilang kalo kemungkinan memang ada alergi. Beliau menyebutkan beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dulu. Yah, ini sih harus di tes dulu apa yang benar-benar jadi alergen Fatih.

Setelah bolak-balik dua kali (karena antri dan melewati waktu sholat jum'at), akhirnya sore tadi Fatih tes alergi trus terapi. Beberapa jenis makanan yang diminta dr Khusnul untuk dihindari memang masuk daftar yang Fatih memang alergi, seperti telur, beberapa jenis seafood dan buah-buahan. Oke deh, sementara dihindari dulu supaya batuknya nggak semakin parah.

Aku sempat ngobrol juga dengan dr. Satra tentang Fatih yang harus bolak-balik ke DSA. Kata dr. Satra sih, batuk disebabkan alergi dan disebabkan infeksi biasanya beda. Salah satu perbedaannya, biasanya kalo karena alergi itu suhu badan nggak tinggi.

Oke deh, habis di tes, Fatih langsung terapi. Sayangnya dia nggak mau tiduran, jadi aku pegangi lempengan yang harus nempel ke punggungnya, sementara dia genggam bola dan tabung seperti saat pertama aku terapi. Kata dr. Satra, itu terapi dasar. Pas waktunya lempengan masuk dada, aku harus pegangi dua-duanya, lempengan di dada dan di punggung. Oalah Fatih, Fatih...

Setelah dia terapi, ganti aku. Aku bilang ke dr. Satra kalo asmaku udah nggak kambuh lagi, jadi kali ini terapinya difokuskan ke sinusku (yang pake semacam penutup mata yang sampai ke pipi depan di samping hidung) dan ke ginjal.

Kita lihat lagi selanjutnya, gimana hasilnya.

No comments: