Monday, February 15, 2021

Hamil? Melahirkan? Ngeri!

Hamil dan melahirkan.

Dua hal yang bisa dilakukan hanya oleh perempuan.







Sebelum ini, kalau ada yang bertanya tentang apa yang aku rasakan saat hamil, aku cuma menjawab satu kata: berat.

Sedangkan pertanyaan tentang kesan melahirkan, jawabanku cuma: antara hidup dan mati.

Dari situ saja sudah bisa terbaca kan, apa yang ada di dalam otakku tentang dua hal tersebut?

Orang cuma melihat aku punya anak empat, dan sekarang hamil anak kelima. Nggak banyak yang peduli apa yang aku rasakan -atau dirasakan oleh banyak ibu lain-, terutama saat hamil dan melahirkan.

Empat anakku lahir dengan proses 'normal'. Normal disini maksudnya sesuai dengan standar medis ya, vaginal birth, bukan sectio caesaria. Dua anak pertama diinduksi. Dua anak terakhir tanpa induksi. Kontraksi sakit luar biasa, terutama setelah bukaan tiga. Mengejan sepenuh tenaga, robek lebar, keempatnya jahit obras.

Normal kan?

Tapi sejak pertama kali melahirkan sampai yang keempat, aku tak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yg normal. Kehamilan selalu aku rasakan sebagai sesuatu yang berat dan capek. Melahirkan adalah saat meregang nyawa. Dua hal itu selalu menyisakan traumatik berat dalam diriku.

Pasca kelahiran anak pertama, aku bahkan kena post partum depression, yang baru aku sadari jauh setelahnya, diikuti usaha memulihkan diri sendiri yang nggak mudah.

Waktu hamil anak ketiga, aku mengenal hypnobirthing dan berusaha menerapkannya. Tapi sepertinya kesan negatif tentang hamil dan melahirkan yang sebelumnya sudah terlanjur tertanam kuat di bawah sadarku, sehingga afirmasi yang berusaha aku tanamkan nggak terlalu berbuah baik. Tetap sakit luar biasa saat kontraksi, mengejan sepenuh tenaga, (lagi-lagi) robek dan jahitan obras.

Karena itu, selepas melahirkan anak ketiga, kesanku tentang hamil dan melahirkan tetap nggak berubah, serta masih berlanjut sampai hamil-melahirkan anak keempat.

Saat hamil anak kelima, sempat 'ketenggengen' pada awalnya (apa bahasa Indonesianya ya?). But it's okay, aku akan jalani. Secara psikologis, memang lebih berat. Aku lebih sensitif, lebih sering nangis. Sepertinya hormon kortisol (hormon sedih) jadi banyak diproduksi. Padahal saat hamil, yang dibutuhkan adalah hormon oksitosin (hormon cinta).

Hal-hal menyakitkan mulai terbayang-bayang lagi. Kontraksi yang sakit. Mengejan sepenuh tenaga. Sobek lebar. Jahitan. Sampai-sampai aku berencana mengambil ILA (persalinan normal dengan anestesi) agar nggak terasa sakitnya kontraksi. Tapi Dr Prita bilang, ILA membuat ibu nggak merasa pingin ngejan, bahkan kadang bayinya juga kena efek anestesi, jadi lemes, dan akhirnya bayi harus divacum. Hadeh, tambah takutlah. Aku juga mempertimbangkan untuk operasi saja. Anak terakhir. Sekalian MOW. Rasanya sudah capek bersakit-sakit. Tapi dokter menyarankan normal saja. MOW bisa besoknya. Gimanapun, nggak ada apapun yang mengindikasikan aku harus operasi. Cuma nggak pingin sakit lagi.

Untungnya, bagiku kehamilan ini adalah yang paling istimewa. Perasaan spesial ini yang menopangku untuk bertahan, yang tampaknya merangsang produksi hormon oksitosin yang membantuku merasa bahagia dan bersyukur. Setidaknya, ini cukup untuk mengimbangi saat-saat kortisol muncul.

Suatu hari, aku terdampar di grup FB Gentle Birth untuk Semua. Dan dimulailah pencarianku tentang gentle birth. Baca dan nonton youtube. Sampai akhirnya aku mendapatkan apa yang aku cari: kehamilan dan persalinan yang ramah fisik dan ramah jiwa. Kembali ke alam. Bagaimana alamiahnya proses persalinan. Bahwa persalinan sebenarnya adalah proses alami yang seharusnya minim intervensi medis. Bahkan mengejanpun nggak diperlukan. Dan kebanyakan operasi caesar sebenarnya nggak perlu dilakukan.

Rasanya jadi kembali punya harapan.

Lalu bertemulah aku dengan Mbak Nurul Aini (FB: bidanku), praktisi gentle birth di Malang, yang sudah terakreditasi melakukan water birth, dan mendukung lotusbirth juga (setahuku belum ada RS di Malang yang melakukan lotus birth. RS Mardi Waluyo, satu-satunya RS yang ada fasilitas water birth, juga belum mempraktekkan lotus birth). Rasanya seperti merasakan hujan setelah kemarau bertahun-tahun.

Okelah, aku putuskan untuk full gentle birth (water birth+lotus birth) di tempat Mbak Nurul saja. Termasuk ikut prenatal yoganya.

Tugasku sekarang adalah afirmasi, menyembuhkan trauma melahirkan yang menumpuk sebelumnya. Untuk yang satu ini, aku mau berguru langsung ke Mas Reza Gunawan (suami Mbak Dewi Lestari) aja di Jakarta sana. Mumpung masih ada waktu.

Oya, dari Mbak Nurul, aku dapat fotokopian buku-buku Ibu Robin Lim, bidan praktisi gentle birth di Bali yang barusan dapat penghargaan CNN Heroes.

ibu hamil www.tikacerita.com



ibu hamil www.tikacerita.com


Ini buku-bukunya (Ibu Alami, Anak Alami dan ASI Eksklusif Dong). Buat yang kepingin dapat, bisa kontak aku, cuma ganti ongkos fotokopi sama ongkir aja. Buku-bukunya bagus banget. Bahkan yang belum hamilpun perlu baca. Yang lagi hamil, wajib deh kayaknya.

Dan buat yang perlu referensi biaya water birth di Malang, ini biaya di RS Mardi Waluyo tahun 2014 (sori sedikit kucel :-D):

water birth rs mardi waluyo malang www.tikacerita.com


Kalo dengan Mbak Nurul, tergantung tempat: home birth sekitar 2 juta, sedangkan di Polindes Dadaprejo tempat Mbak Nurul praktek, biayanya cuma separuhnya.

Murah kan?

Oya selain Mbak Nurul, ada dua bidan lain yang juga praktisi gentle birth di Malang, satu di Batu, satu di Plaosan (Bidan Rina).

Gentle birth selalu sepaket sama IMD ya, jadi bener-bener ajak kita balik ke semua kealamian proses ini: mengandung, melahirkan dan menyusui.

Buat yang nggak mau punya anak cuma karena biayanya mahal, think twice deh.. Kembalilah ke alam dan lupakan susu formula (ah jadi inget kemarin habis ke Bouchi dan ngeliat gunungan susu formula. Begitu besarnya pasar sufor. Pingin nangis liatnya. Mungkin kali lain bakal nulis khusus soal ini).

So, let's back to nature. Let's do gentle birth!!

Oya Mbak Nurul bidan bisa dihubungi di ainfree@yahoo.com atau 082244536666 ya.

Yang minta fotokopi buku ibu Robin Lim bisa komen di bawah.

(Ditulis 24 Maret 2014)

No comments: